Minggu, 14 Februari 2010

Situ Cileunca





Memasuki perkebunan teh Malabar di kaki Gunung Nini, di kejauhan mulai kelihatan terhampar kilauan cahaya yang
dipantulkan Situ Cileunca… tak terlukisakan begitu excited nya pemandangan itu…
Danau itu dibangun sejak Zaman Belanda. Dulu situ cileunca merupakan kawasan milik pribadi seorang Belanda bernama “Kuhlan”. Pembangunan situ itu dilaksanakan selama 7 tahun (1919-1926)Pembangunan situ cileunca sekitar tahun 1929
menggerakan turbin pembangkit listrik plengan yang merupakan salah satu sumber listrik kota Bandung zaman kolonial,
selain itu debit air nya digunakan sebagai cadangan sumber air bersih kota Bandung kala itu. Berkapasitas 9,89 Juta M3 Air. Untuk mencapai kapasitisa setinggi itu Bendungan Pulo dipertinggi pada tahun 1940.

Setelah melewati kampung-kampung kecil… jalan yang naik turun lembah.. berkelok kelok.. semakin terlihat jelas luas nya danau, 45 km sebelah selatan Kota Bandung, tak jauh dari Kota Kecamatan Pangalengan. Genangan air seluas 180 hektare itu diapit dua desa, yakni Warnasari dan Pulosari. Sebenarnya, Situ Cileunca itu ada dua buah. Cileunca Satu memiliki luas 210 hektare dan ini, Situ Cileunca Dua, memiliki luas 180 hektare,”.

Setelah melewati beberapa perkebunan teh rakyat, jembatan jembatan kecil melintasi danau dengan udara yang sejuk, sampai juga kami ke gerbang utama wisata “Situ Cileunca”, tidak banyak pengunjung waktu itu …. Ada satu dua perahu yang tertambat di pinggir danau. kami lihat hanya ada satu perahu yang sedang beroperasi.

Cileunca.. danau penuh mitos.. dari dulu sudah beredar mitos penguasa danau itu.. nama nya Abah Suta… Konon katanya dia pernah bermusuhan dengan orang Garut… ada kepercayaan orang Garut dan keturunan jangan sekali-kali menyebrangi danau itu.. takut nantinya Mbah Suta marah… perahunya bakal ditenggelamkan.

Kami sampai di ujung danau, terbentang Dam Pulo yang memberi kesan kokoh. Kami berhenti sesaat untuk melepas lelah, tak lupa photo2x seperti hal nya kebanyakan orang yang sedang piknik ditambah makan bareng di tempat terbuka. Di ujung danau itu terlihat rute perjalan yang talah kami lewati.. hmm.. lumayan jauh juga…

Sabtu, 13 Februari 2010

Ujunggenteng





Terletak +/- 120km dari kota sukabumi, Ujunggenteng memang merupakan objek wisata yang cukup menarik. Pantainya yang masih bersih dan alami memiliki pesona tersendiri untuk dikunjungi. Pada beberapa bagian pantai terdapat area yang cocok untuk bermain atau sekedar berendam dilaut. Hal ini disebabkan kedalamannya hanya sepangkal paha saat laut pasang dan bila sedang surut hanya sekitar sebetis kaki dan yang lebih menarik lagi tidak ada ombaknya tapi hanya arus pelan yang bergeser dari kanan kekiri.
Disana terdapat pula dermaga bekas peninggalan belanda yang kalau diperhatikan sudah cukup tua umurnya dan sekarang sudah tinggal sisa puingnya saja. Sejarahnya pun masyarakat kurang begitu tahu dengan jelas.

Kearah timur dari ujung genteng terdapat pula lokasi pelelangan ikan, yang cukup ramai dipagi hari antara jam 5-9 pagi. Berbagai jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang telah semalaman melaut diperjual belikan disana dengan harga yang tentunya jauh lebih murah dan lebih segar.

Pangumbahan, nampaknya merupakan objek wisata yang cukup unik dikawasan ini. Melihat penyu bertelur ditepi pantai saat malam hari jelas merupakan even yang langka bagi sebagian orang dan tidak semua objek wisata pantai memilikinya. Penyu yang bertelur dikawasan ini merupakan jenis penyu hijau yang merupakan binatang yang hidup di air laut. Penyu hijau dapat berkembang sampai mencapai lebih dari 1 meter panjangnya, lebih dari 200 kg beratnya dan hidup lebih dari 100 tahun. Sebelum penyu mulai bertelur disarankan agar tidak menimbulkan kegaduhan atau keributan, dan juga disarankan tidak membawa penerangan dalam bentuk apapun karena hal ini bisa menjadikan sang penyu enggan bertelur dan kembali lagi ke arah laut. Begitu telur mulai dikeluarkan barulah kita bisa mendekat dan mengamatinya dengan menggunakan senter atau alat penerangan lain. Nampaknya bila penyu sudah mulai mengeluarkan telurnya, akan mengalami kesukaran untuk menghentikannya, dan jumlah telur yang dikeluarkan dari seekor penyu hijau bisa mencapai 200 butir.

Muara Cipanarikan, merupakan salah satu objek wisata lain yang menarik di ujung genteng. Muara ini merupakan tempat bertemunya sungai cipanarikan dengan laut. Sungai Cipanarikan membentuk alur membelok terlebih dahulu sebelum masuk kelaut, sehingga terbentuk hamparan pasir yang cukup luas dengan bentuk pasir yang sangat halus, sangat cocok sebagai tempat bermain pasir bagi anak-anak. Dimuara ini banyak pula binatang seperti kepiting, belibis, biawak dan ikan-ikan muara. Bila kita menelusuri sisi pantainya banyak pula dijumpai ikan-ikan hias khas warna-warni ikan air laut yang berenang bebas disela-sela karang. Disamping itu kerang-kerang pantai yang ada dilokasi ini banyak memiliki bentuk yang masih utuh dan bagus/cemerlang warna-warnanya.

Ombak Tujuh, terletak sekitar 15 Km dari pangumbahan yang bisa ditempuh dengan perjalanann jalan kaki selama 3-4 jam. Lokasi ini merupakan kawasan favorite bagi wisatawan mancanegara untuk olahraga selancar. Sebutan ombak tujuh menurut penduduk karena ombaknya selalu berurutan tujuh ombak dan selalu besar-besar. Disekitar ombak tujuh ada beberpa pulau kecil, pantainya sangat alami, banyak karang-karang kecil, Rata-rata orang yang berselancar menggunakan motor ojek untuk sampai kesana dan bila musim hujan tidak ada yang bisa kesana kecuali jalan kaki.

Cibuaya, Lokasi yang cocok untuk berendam atau berenang karena merupakan cekungan pantai yang memiliki kedalaman yang bervariasi, dari mulai 0,5 meter sampai 6 meter. Didalamnya juga terdapat trumbu karang yang indah. Lokasinya sangat cocok untuk menikmati matahari sore, juga memiliki air laut yang cukup bersih & jernih. Terkadang bila musim ikan kakap atau krapu, cibuaya merupakan tempat ideal untuk memancing.

Disamping objek wisata alam, Ujunggenteng juga memiliki objek wisata dalam bentuk proses pembuatan gula kelapa oleh masyarakat setempat. Pembuatannya sederhana sekali yakni dengan memanfaatkan perkebunan kelapa luas, para penduduk memasang bokor untuk menampung cairan dari kembang kelapa lalu di kumpulkan dan dimasak dikuali lalu dicetak dengan potongan bambu yang ukurannya lebih besar dari ukuran gula kelapa yang ada di pasaran.

Secara keseluruhan masih ada beberapa tempat yang belum terjamah yang memiliki tempat yang indah. Meskipun demikian, kawasan wisata Ujunggenteng juga memiliki tempat penginapan dengan tarif mulai dari 75.000 hingga 350.000 rupiah. Sebagai catatan: didaerah ujung genteng masih ada malaria, mungkin dikarenakan area ini bersebelahan dengan hutan lindung, jadi bila akan berkunjung kesana ada baiknya membawa pil kina, juga makanan dan minuman ada baiknya kita bawa sendiri karena disana masih tergolong daerah pesisir yang kurang berkembang pariwisatanya.

Palabuhanratu




Pantai Palabuhanratu, atau yang secara salah kaprah lebih populer sebagai Pantai Pelabuhan Ratu, adalah sebuah tempat wisata di pesisir Samudra Hindia di selatan Jawa Barat. Lokasinya terletak sekitar 60 km ke arah selatan dari Kota Sukabumi.

Pantai ini dikenal memiliki ombak yang sangat kuat dan karena itu berbahaya bagi perenang pantai. Topografinya berupa perpaduan antara pantai yang curam dan landai, tebing karang terjal, hempasan ombak, dan hutan cagar alam.

Karena tempat ini mempunyai daya tarik sendiri, Presiden Soekarno mendirikan tempat peristirahatannya pada tahun 1960 di Tenjo Resmi. Selain itu, atas inisiatif Soekarno pula didirikanlah Samudera Beach Hotel, salah satu hotel mewah pertama yang dibangun di Indonesia pada kurun waktu yang sama dengan Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, dan Toko Serba Ada "Sarinah", yang kesemuanya menggunakan dana pampasan perang dari Jepang.

Fasilitas rekreasi
Selain hotel besar dan mewah Samudera Beach Hotel, di daerah ini terdapat pula sejumlah hotel dan losmen kecil, Pondok Dewata resor adalah salah satu villa mewah yang cukup laris dikunjungi wisatawan. Tidak berapa jauh dari Pantai Palabuhanratu terdapat beberapa lokasi wisata lainnya. Pantai Karanghawu, yang letaknya sekitar 20 km dari pusat kota Palabuhanratu, merupakan pantai karang yang menjorok ke laut dan berlubang di beberapa bagian itu. Bentuk karangnya lebih mirip tungku, dalam bahasa Sunda disebut "Hawu". Pantai-pantai lain yang terletak di daerah ini antara lain adalah Pantai Cibareno, Cimaja, Cibangban, Break Water, Citepus, Kebon Kelapa, dan Tenjo Resmi.

Sekitar 17 km dari Pantai Palabuhanratu terdapat sumber air panas di Cisolok, yang airnya mengandung belerang yang tinggi dan berguna bagi kesehatan.

Di seputar Palabuhanratu, paling tidak ada sembilan titik lokasi untuk berselancar, yaitu di Batu Guram, Karang Sari, Samudra Beach, Cimaja, Karang Haji, Indicator, Sunset Beach, Ombak Tujuh sampai Ujung Genteng. Masing-masing pantai mempunyai ombak dengan karakteristiknya sendiri.

Mitos
Masyarakat pantai selatan khususnya Palabuhanratu percaya adanya penguasa laut selatan yaitu Ratu Kidul. Konon, ia adalah seorang ratu yang cantik bagai bidadari. Di Laut Selatan - nama lain dari Samudra Hindia - sebelah selatan Pulau Jawa, ia bertahta pada sebuah kerajaan makhluk halus yang besar dan indah.

Pada bulan April biasanya masyarakat sekitar Palabuhanratu mengadakan ritual upacara adat Hari Nelayan. Hari Nelayan dimaksudkan sebagai syukuran atas rezeki yang telah mereka dapatkan dari hasil laut dan agar dijauhkan dari bencana. Biasanya dalam upacara ini disediakan sesaji berupa kepala kerbau yang nantinya akan dilarung ke tengah laut.

Kamis, 11 Februari 2010

cibodas


Kebun Raya Cibodas atau Taman Hutan Raya (Botanic Garden), terletak di Kompleks Hutan Gunung Gede Pangrango, Desa Cimacan, Pacet, Cianjur. Topografi lapangannya bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian 1275 m dpl, bersuhu udara 17 - 27 derajat Celcius.

Kebun ini didirikan pada tahun 1852 oleh Johannes Elias Teijsmann sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor pada lokasi di kaki Gunung Gede. Dengan curah hujan 2380 mm per tahun dan suhu rata-rata 18 derajat Celsius, kebun botani ini dikhususkan bagi koleksi tumbuhan dataran tinggi basah tropika, seperti berbagai tumbuhan runjung dan paku-pakuan.

Berbagai fasilitas tersedia di kawasan Cibodas, mulai dari lapangan parkir yang luas untuk menampung puluhan kendaraan roda empat maupun bus, ruang informasi yang dilengkapi dokumentasi Wana Wisata Cibodas, areal bermain anak-anak, mushola, MCK umum, shelter, pendopo, teater alam terbuka, dan camping ground seluas 3 hektar yang dapat menampung 200 tenda.

Kebun Raya Cibodas berdekatan dengan beberapa tempat wisata lainnya. Bersebelahan dengan Kebun Raya Cibodas terdapat Bumi Perkemahan Mandala Kitri yang dikelola oleh Pramuka. Tersedia juga lapangan golf, Bandung Asri Mulya.

Di bumi perkemahan Mandalawangi yang dikelola oleh Perum Pehutani tampak sebuah patung dinosaurus, yang memberikan gambaran atau peringatan agar kelestarian hutan ini janganlah sampai musnah seperti binatang purba yang tinggal sejarah tersebut.

Disamping itu, Kebun Raya Cibodas juga berdekatan dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP)[1]

Kebun Raya Cibodas (KRC) dimaksudkan sebagai tempat koleksi ex situ (di luar habitat) bagi tumbuh-tumbuhan tropis basah dataran tinggi. Termasuk dalam koleksinya adalah berbagai jenis pohon besar yang dilindungi seperti tusam dan tumbuhan runjung, tumbuhan paku pegunungan, hutan kaliandra, hutan alam dan terdapat pua air terjun. Dari pintu masuk ke lokasi air terjun berjarak 750 meter.

Koleksi yang paling khas dari KRC adalah Taman Lumut Cibodas yang memiliki 216 jenis[1] lumut dan lumut hati dari berbagai sudut Indonesia dan dunia. Dengan luas 2500m persegi, taman ini diklaim sebagai satu-satunya di dunia yang terletak di luar ruangan dan memiliki koleksi terbanyak.

Untuk mencapainya, dari Cipanas lewat Simpang Tiga Paregrejen sejauh 5 km. Dari Jakarta, Bogor, dan Bandung dapat mempergunakan roda dua dan empat, bus besar dapat masuk ke dalam kawasan ini. Bila menggunakan bus atau colt turunlah di pertigaan Cibodas, langsung menggunakan angkutan umum rute Cipanas-Rarahan, sampai di Balai Taman Nasional Gede-Pangrango, selanjutnya tinggal berjalan kaki menuju Kebun Raya.

Dari simpang tiga (Simpang Paragajen) menuju Cibodas, di kiri kanan jalan dijual berbagai tanaman hias khusus daerah pegunungan yang sangat indah, warna-warni dan beraneka ragam jenisnya.

candi cangkuang



andi Cangkuang adalah candi peninggalan budaya Hindu pada abad ke VIII yang terdapat di Jawa Barat. Candi yang didalamnya terdapat patung dewa Siwa keberadaannya diketahui tahun 1966 atas dasar tulisan Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genootschap pada tahun 1893.

Hanya itu informasi yang saya tahu dari Candi Cangkuang. Berikut adalah hal istimewa yang saya rasakan ketika berkunjung ke Candi Cangkuang dan sekitarnya.

Bermula dengan membaca "pintu masuk Candi Cangkuang", membuat rasa penasaran dan tak sabar muncul. Masuk dan berjuta pertanyaan muncul, dimanakah Candi Cangkuang berada, karena yang saya lihat adalah danau atau telaga. Mana dan dimana? Orang yang mengantar kami menunjuk dan berkata Candi ada di seberang danau dan kita harus menggunakan rakit (alias getek untuk bahasa bekennya) untuk mencapainya.

Tak lama kemudian, saya naik getek dan merasakan sebuah sensasi. Perasaan takjub, tapi hati terasa damai dan tenang ketika melewati danau yang dikenal dengan Situ Cangkuang. Hal ini disebabkan dalam perjalanan yang tidak biasa ini, kami dapat menikmati keindahan alam yang diberikan yaitu keberadaan danau dengan geteknya yang unik dan dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu gunung Haruman, gunung Kaledong, gunung Mandalawangi dan gunung Guntur.

Sesampai di pulau, kejutan telah menanti yaitu makam Embah Dalem Arif Muhammad yang dari namanya dapat diterka beragama Islam berada disamping Candi Cangkuang peninggalan budaya Hindu. Mencari tahu dan penjaga Candi menginformasikan, dalam cerita rakyat Embah Dalem adalah utusan kerajaan Mataram yang ditugasi menyerang VOC di Batavia. Akan tetapi penyerangan tersebut gagal sehingga Embah Dalem yang merupakan penyebar agama ini malu dan takut untuk kembali, dan memilih berdiam di desa Cangkuang untuk menyebarkan agama Islam.

Bukti-bukti adanya penyebaran agama Islam ada di sebuah museum kecil yang berada di sekitar Candi Cangkuang dan makam Embah Dalem Arif Muhammad. Di museum, ada naskah-naskah ajaran Islam pada abad XVII dan dikatakan sebagai yang tertua (tidak tahu benar atau salah). Naskah-naskah tersebut antara lain naskah Khotbah Jum'at yang terbuat dari kulit kambing, kitab suci Al-qur'an, kitab ilmu Tauhid dan kitab ilmu Fiqih dari kulit kayu saih.

Satu lagi keistimewaan daerah ini masih ada yaitu kampung Pulo dengan rumah adatnya. Rumah yang sederhana tapi aturannya yang luar biasa. Di kampung tersebut terdapat 7 rumah yang diperuntukan kepada anak Embah Dalem yang terdiri dari 6 wanita dan 1 pria. 7 rumah tersebut yaitu 6 rumah yang berjajar berhadapan 3 sebelah kiri dan 3 sebelah kanan dan 1 mesjid (rumah anak laki-laki). Jumlah rumah tidak boleh ditambahkan dan 6 rumah yang ada tidak boleh terdiri lebih dari 6 kepala keluarga sehingga ketika ada yang menikah, anak tersebut harus keluar. Sesuai aturan rumah-rumah tersebut dimiliki oleh pihak wanita dan bukan pria. Aturan kampung lainnya antara lain tidak boleh memukul gong dan tidak boleh memelihara ternak berkaki empat. Jika mau tahu lebih lanjut, datang sendiri yah.

Talaga Patenggang



Kemis Januari 1991 nya harita urang ngawitan patepang

Teu nyangka sami sami ngemutan

Kemis Februari kembang katresna mekarna ati

Teu walakaya kasiksa diri

Antukna silih kedalkeun isi ati

Talaga Patenggang..

Talaga Patenggang..

Jadi saksi urang silih bukakeun jandela ati

Talaga Patenggang..

Talaga Patenggang..

Jadi saksi urang duaan silih kedalkeun janji

Talaga Patenggang..

Talaga Patenggang..

Caina ngenclang herang lir katresnan urang duaan

Talaga Patenggang..

Talaga Patenggang..

Talaga sunyi nu mancarkeun kaasih

Kemis 7 Juni 1991, urang duaan silih ngajadi

Silih asih dugi ka kiwari

Begitulah kira kira lirik lagu yang berjudul “Talaga Patenggang”.

Talaga Patenggang adalah sebuah Danau yang elok yang terletak di daerah Ciwidey, Bandung Jawa Barat. Tetapi walau tidak begitu luas, keindahan pemandangan alam pegunungan dan perkebunan teh bisa membuat siapapun ingin mengunjunginya berulang kali. Pemandangan alam yang benar- benar masih alami dari pegunungan setempat, akan membuat kita membayangkan bagaimana sejuknya apabila kita berada di sana, setelah setiap hari bergumel dengan kepenatan pekerjaan. Bagi para pegawai, atau orang yang kesehariannya bekerja di kantoran, menyempatkan weekend untuk mengunjungi Obyek Wisata tersebut akan bisa mambuat mereka lebih relax. Dengan menikmati perjalanan yang tak lepas dari hamparan hijau pohon teh dari Perkebunan Nusantara akan membuat kita merasa di alam bebas polusi udara, tidak seperti saat kita berada di dalam kota Bandung. Apalagi jikalau kesana dengan sang pujaan hati atau orang yang kita cintai….waduh……enjoy apalagi daranya lumayan menusuk tulang, alias dingin..

Curug Cimahi



Curug Cimahi terletak sekitar 10 km di Utara Kota Bandung, tepatnya di kota Cimahi bisa anda temui setelah melalui jalan Sersan Bajuri ke arah Universitas Advent Indonesia menuju ke terminal Parongpong. Nama Curug Cimahi diambil dari nama sungai Ci Mahi yang tak jauh dari curug. Untuk menuju lokasi air terjun Curug Cimahi, kita harus melewati ratusan anak tangga. Selama anda melewati anak tangga tersebut menyusuri jalanan menurun yang dikelilingi oleh pepohonan, sesekali anda akan dikejutkan dengan lompatan monyet yang mungkin juga mendekati anda.

Tenang saja, monyet-monyet ini tidak buas. Mereka cukup jinak, mareka hanya menantikan para pengunjung memberikan makanan.

Cukup melelahkan memang ketika kita melewati ratusan anak tangga tersebut. Tetapi, jangan khawatir karena semua kelelahan akan sirna ketika anda melihat air terjun yang tingginya sekitar 75m buatan Sang Mahakuasa itu.

Suara alam dan desiran angin cukup menambah kesejukkan objek wisata ini. Karena besar dan derasnya air terjun Curug Cimahi ini, anda dapat merasakan percikan airnya dari kejauhan. Suasana dingin di lokasi ini mungkin bisa saja akan membuat anda menjadi lapar. Tak perlu risau, karena di pinggiran air terjun tersedia juga beberapa warung yang menjual makanan dan juga pengelola objek wisata inimenyediakan saung/pondok untuk tempat peristirahatan.

Curug cimahi yang berlokasi di daerah Cisarua Bandung Barat ini, beroperasi setiap hari pada pukul 08.00 pagi – 17.00 sore. Tidak ada alasan untuk tidak pernah ke lokasi ini karena kebersihan Curug Cimahi yang dibuka menjadi Objek wisata sejak tahun 1980 ini masih sangat terjaga.

Ciburuy... (230809)





….katanya ikan disana susah dipancing. Seperti dalam penggalan lagu Bubuy Bulan berikut ini:

Situ Ciburuy laukna hese dipancing

Nyeredet hate ningali herang caina

Duh itu saha nu ngalangkung unggal enjing

nyeredet hate ningali sorot socana

Yang artinya ya itu tadi. Situ Ciburuy ikannya susah dipancing. Hati berdesir melihat jernih air disana. Lirik seterusnya silahkan dicari sendiri artinya. Nah Situ Ciburuy ini, setelah saya lihat sih tidak jernih-jernih amat. Dan banyak tukang mancing yang mencoba memancing ikan di tepinya. Kelihatan dari tangkai pancingnya. Ya nyari ikan lah, kalo nyari belut kan namanya ngurek. Pasti orang-orang yang memancing itu sangat gigih. Udah tahu susah masih dipancing juga.

terletak di sebelah sanaan dikit dari pintu keluar tol Padalarang. Tempatnya sepi. Tidak banyak tampak orang berkunjung kesana, kecuali pasangan yang pacaran, orang yang suka engga puguh-puguh ingin menyendiri dan kurang kerjaan seperti saya, dan beberapa anak-anak muda yang berpiknik di atas perahu. Membawa bekal makanan dan tertawa-tawa girang. Tukang perahu dan perahunya tidak banyak, hanya ada beberapa. Perahunya cantik. Bercat warna-warni menyolok dan memakai dayung. Jumlahnya kurang dari jumlah jari tangan saya.

Di tengah Situ Ciburuy ada pulau kecil dengan restauran makanan Sunda disana. Naik perahu dayung Rp 15.000 bolak-balik. Kalau mau pulang dari pulau itu, silahkan teriak-teriak atau bersuit memanggil perahu yang tadi mengantar.

Dari kejauhan tampak tebing Citatah yang sering dijadikan latihan panjat oleh orang-orang yang suka memanjat selain pohon. Perkampungan di seberang sana, dan bukit-bukit di sekeliling. Angin bertiup agak kencang, sehingga udara terasa segar dan dingin. Situ ini sih airnya kelihatan tenang sekali, nyaris tak berombak. Lega rasanya masih ada Situ yang tersisa di Bandung ini, dan masih berair pula! Tidak seperti Situ Aksan yang tinggal nama doang dan Situ Umar yang jadi sebesar kolam ikan . Semoga Situ Ciburuy yang tercatat dalam lagu ini tidak mengalami nasib seperti Situ yang lain yang dijarah eh dikeringkan untuk keserakahan manusia.

Kawah Putih... (190809)



Kawah putih terletak di Gunung Patuha, sebuah gunung yang terdapat di Jawa Barat. Ketinggian gunung ini adalah 2.386 meter. Kawah dari Gunung Patuha inilah yang dijadikan obyek wisata yang menarik dengan nama Kawah Putih.

Setelah memarkir kendaraan, kita harus menuruni tangga agar dapat lebih dekat dengan kawah gunung ini. Hati kita akan langsung berdecak kagum melihat keseluruhan dari tempat ini dari tangga atas. Pada tempat wisata ini, kita memang dapat secara dekat berada dalam kawah gunung bahkan kita dapat menyentuh airnya.

Saat kita turun, sungguh luar biasa pemandangan yang akan kita lihat di kawah ini. Tanah yang putih yang terdiri dari belerang merupakan alasan mengapa kawah ini disebut Kawah Putih. Sungguh unik rasanya melihat tanah yang berwarna putih ini. Permukaan tanah juga tidak rata sehingga menyerupai gundukan-gundukan tanah. Air kawah yang berwarna kehijauan juga menarik perhatian. Di sekelilingnya, terdapat pegunungan yang sebagian sudah kering tetapi ada juga yang masih ditumbuhi pohon hijau.

Kita dapat sedikit menaiki gunung yang mengelilinginya. Di gunung ini kita akan menemukan pohon-pohon kering dan banyak ranting-ranting pohon yang berjatuhan dengan batu-batu kecil. Kita juga dapat melihat kawah dari atas.

Kawah di sini cukup luas. Warna airnya bisa berubah-ubah tergantung cahaya matahari. Asap dari air belerang terkadang timbul sehingga menghalangi pandangan kita. Airnya juga menimbulkan bau belerang. Bila angin sedang bertiup, bau belerang dapat menusuk hidung kita dan membuat kita terbatuk-batuk. Maka, ada beberapa titik pada kawah ini yang dipasangi peringatan agar tidak terlalu dekat untuk menghindari keracunan asap belerang.

Kawah ini akan memberikan kita pengalaman berbeda. Kita seolah-olah berada di salju karena tanahnya yang putih. Kawah yang luas dan air yang berwarna hijau kebiruan membuat kita seolah-olah berada di pantai. Pohon-pohon yang sebagian besar hanya tinggal batangnya dan sudah kering turut menciptakan suasana yang berbeda. Di sini juga terdapat batu-batu besar yang indah. Keindahan itulah yang membuat tempat ini menjadi tempat favorit bagi calon pengantin untuk melakukan foto prewedding.

Awal sebuah kisah perjalanan...